Rabu, 02 November 2011

Kaya Versi Dhiya

"Bagaimana hari ini, Dhiya? Menyenangkan?" pertanyaan rutin yang selalu kulontarkan pada putra bungsuku ketika ia masuk mobil dan duduk di sebelahku, saatku menjemputnya.
"Hem..hem..." jawabnya selalu dengan nada khas.
Sebelum menginjak pedal gas, aku akan memandangnya dengan raut bertanya. Kalau Dhiya tak menjawab, aku biasanya melanjutkan dengan kalimat, "Memangnya tadi belajar apa?". Hhhh.. pertanyaan rutin. Aku seringkali berpikir, jangan-jangan Dhiya bosan juga dengan pertanyaan yang itu-itu saja. Tapi tunggu dulu. Itu awalnya saja, selanjutnya... coba saja perhatikan.



"Matik, komputer, sama..... apa ya?" jawabnya mengingat-ngingat. Kadang aku gemas mendengar jawaban seperti ini, masa pelajaran hari ini Dhiya sudah lupa, tapi aku menahan diri untuk nggak bertanya lebih jauh. Membiarkannya berpikir sejenak. Mungkin Dhiya masih capek. Pukul 13.30 Wita begini, matahari Bontang bersinar begitu terik. Nggak nyaman juga kalau panas-panas begini bertanya dengan nada meninggi.

"Oh iya, Mi. Tadi aku belajar komputer. Tadi kan disuruh nggambar, terus aku nggambar rumah orang kaya," ujar Dhiya membuka ceritanya.

"Rumah orang kaya?" tanyaku heran. "Memangnya kalau rumah orang kaya itu seperti apa?" lanjutku.

"Ya aku gambar rumah, terus di depannya ada benteng besar. Ada penjaganya dua orang, seperti tentara itu lho. Terus di depannya ada mobil pick-up, di samping rumah ada mobil ferari. Di belakang rumah ada playground, di sebelahnya ada helicopter. Oh iya, di dinding rumahnya kugambar pedang dan tameng," jelas Dhiya.

"Itu nggambarnya di komputer?" tanyaku masih sambil mikir.
"Iya dong, Umi. Aku kan tinggal pencet tuk pen," jawab Dhiya.
"Apa itu tuk pen?" tanyaku lagi. Kupikir itu semacam pulpen.
"Ya itu tuh nama gamenya, diejanya : T, U, X, P, A, I, N,T," jelas Dhiya lagi.
"Oooo...." jawabku masih sambil mikir. Belum pernah pakai program itu sih, maklum ummi gaptek xixixi. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar