Aku baru saja duduk, mengeluarkan buku catatan arisan dan menerima uang arisan dari beberapa teman yang mulai berdatangan. Hari ini, Ahad 11 Maret 2012. Sebagai bendahara arisan ibu-ibu istri pekerja MPTA, tentu saja aku harus cermat mencatat dan menghitung uang yang ada.
"Umi, arisan itu apa sih?" tiba-tiba saja Dhiya yang duduk di sebelahku bertanya.
Aku tertegun sejenak. Ini pertama kali Dhiya ikut pergi arisan denganku. Pasalnya hari ini, Abi sedang dinas ke Jakarta, sementara Bagas pergi bermain futsal. Tak mungkin meninggalkan Dhiya sendirian di rumah, ga tega. Makanya Dhiya kuajak saja ke arisan.
"Arisan itu...," aku berpikir sejenak, berusaha memilih kata yang tepat dan tidak membingungkannya.
"Arisan itu, pertemuan ibu-ibu seperti ini sambil mengumpulkan uang..."
"Uangnya untuk apa?" sela Dhiya.
"Uang yang terkumpul diberikan pada orang yang namanya keluar sebagai pemenang arisan, begitu terus setiap bulan bergiliran. Kalau yang sudah menang, tak akan dapat lagi untuk kedua kalinya."
Mengertikah Dhiya? Entahlah. Ia tak bertanya lagi, karena ia segera tertarik dengan contoh gigi dan presentasi kesehatan gigi yang dibawakan drg Suci Purnama. Apalagi ketika dokter memberikan contoh gambar-gambar gigi yang rusak, Dhiya tersenyum-senyum memandangku. Gigi Dhiya memang hancur karena sering makan kembang gula sewaktu usia 2 tahun. Walau sejak TK ia sudah mulai rajin menggosok gigi, gigi susunya sudah banyak yang keropos, dan tahun ini gigi-gigi depannya mulai bertanggalan dan berganti dengan gigi baru yang mulai tumbuh. Aku selalu mengingatkannya untuk merawat giginya karena gigi yang tumbuh ini kalau sudah rusak tak akan berganti dengan tumbuhnya gigi baru.
"Tuh, dengerin omongan dokter ya! Benar kan gigi itu harus dirawat," kataku berbisik mengingatkan.
"Iya, iya, ga usah dibahas sekarang," katanya balik berbisik.
Dhiya.. Dhiya.. aku geleng-geleng kepala. Tapi aku percaya, Dhiya menyimak semua omongan dokter Suci. Semoga Dhiya akan selalu merawat gigi serinya yang mulai tumbuh, dan tak akan rusak lagi seperti gigi susunya.
"Umi, arisan itu apa sih?" tiba-tiba saja Dhiya yang duduk di sebelahku bertanya.
Aku tertegun sejenak. Ini pertama kali Dhiya ikut pergi arisan denganku. Pasalnya hari ini, Abi sedang dinas ke Jakarta, sementara Bagas pergi bermain futsal. Tak mungkin meninggalkan Dhiya sendirian di rumah, ga tega. Makanya Dhiya kuajak saja ke arisan.
"Arisan itu...," aku berpikir sejenak, berusaha memilih kata yang tepat dan tidak membingungkannya.
"Arisan itu, pertemuan ibu-ibu seperti ini sambil mengumpulkan uang..."
"Uangnya untuk apa?" sela Dhiya.
"Uang yang terkumpul diberikan pada orang yang namanya keluar sebagai pemenang arisan, begitu terus setiap bulan bergiliran. Kalau yang sudah menang, tak akan dapat lagi untuk kedua kalinya."
Mengertikah Dhiya? Entahlah. Ia tak bertanya lagi, karena ia segera tertarik dengan contoh gigi dan presentasi kesehatan gigi yang dibawakan drg Suci Purnama. Apalagi ketika dokter memberikan contoh gambar-gambar gigi yang rusak, Dhiya tersenyum-senyum memandangku. Gigi Dhiya memang hancur karena sering makan kembang gula sewaktu usia 2 tahun. Walau sejak TK ia sudah mulai rajin menggosok gigi, gigi susunya sudah banyak yang keropos, dan tahun ini gigi-gigi depannya mulai bertanggalan dan berganti dengan gigi baru yang mulai tumbuh. Aku selalu mengingatkannya untuk merawat giginya karena gigi yang tumbuh ini kalau sudah rusak tak akan berganti dengan tumbuhnya gigi baru.
"Tuh, dengerin omongan dokter ya! Benar kan gigi itu harus dirawat," kataku berbisik mengingatkan.
"Iya, iya, ga usah dibahas sekarang," katanya balik berbisik.
Dhiya.. Dhiya.. aku geleng-geleng kepala. Tapi aku percaya, Dhiya menyimak semua omongan dokter Suci. Semoga Dhiya akan selalu merawat gigi serinya yang mulai tumbuh, dan tak akan rusak lagi seperti gigi susunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar